Saturday, December 3, 2016

Indahnya Mehnah Kehidupan

Adakalanya kita menatap hidup dengan senyuman, tapi di saat yang lain kita harus menangis…
Dalam hidup ini seringkali kita dihadapkan pada masalah. Problematika kehidupan selalu menghadang siapa saja, tanpa memandang batas usia dan jenis kelamin maupun status sosial.
Hidup kita di dunia merupakan ujian dari Sang Pencipta. Ujian senantiasa mendampingi dan mewarnai kehidupan kita sebagai manusia. Hidup mudah tanpa kesusahan, akan membosankan. Kesusahan yang berkepanjangan, akan mengecewakan.


“Kehidupan pasti selalu fluktuatif, menang dan kalah, sukses dan gagal, bahagia dan sedih, akan datang silih berganti. Itu semua sudah menjadi sunnatullah.”

Kehidupan di dunia penuh dengan warna-warni. Adakalanya kita menatap hidup dengan senyuman, tapi di saat yang lain kita harus menangis,


إِنْ يَمْسَسْكُمْ قَرْحٌ فَقَدْ مَسَّ الْقَوْمَ قَرْحٌ مِثْلُهُ وَتِلْكَ الأيَّامُ نُدَاوِلُهَا بَيْنَ النَّاسِ وَلِيَعْلَمَ اللَّهُ
الَّذِينَ آمَنُوا وَيَتَّخِذَ مِنْكُمْ شُهَدَاءَ وَاللَّهُ لا يُحِبُّ الظَّالِم

“Jika kamu (pada perang Uhud) mendapat luka, maka sesungguhnya kaum (kafir) itu pun (pada perang Badar) mendapat luka serupa. Dan masa (kejayaan dan kehancuran) itu, Kami pergilirkan di antara manusia (agar mereka mendapat pelajaran); dan supaya Allah membedakan orang-orang yang beriman (dengan orang-orang kafir) dan supaya sebagian kamu dijadikan-Nya (gugur sebagai) syuhada. Dan Allah tidak menyukai orang-orang yang zalim.” (Q.S. Ali ‘Imran [3] : 140)
Jika saat ini kita sedang menghadapi ujian kehidupan yang begitu besar, maka yakinilah bahwa kita sedang disiapkan untuk menjadi orang besar, karena ujian besar hanyalah untuk orang-orang yang besar. Ujian hanya diciptakan oleh Allah untuk menseleksi dari kumpulan manusia, manakah dari mereka yang layak jadi pemenang dan manakah yang memang akan jadi pecundang.
Pemenang senantiasa bertahan di besarnya ombak yang menghadang. Bahkan pemenang senantiasa menghadapi ujian dengan senyuman. Karena di mata pemenang, mereka meyakini bahwa setelah berakhirnya badai ujian, maka akan tibalah saatnya kesuksesan dan kebahagiaan.
Jika dianalogika, ujian kehidupan ibarat seorang mahasiswa yang akan meraih predikat sarjana di salah satu perguruan tinggi. Dia harus mengikuti ujian mulai dari semester satu sampai semester akhir. Jika mahasiswa tersebut lulus ujian di semester satu, maka dia berhak untuk naik ke semester dua. Jika ujian di semester dua lulus, maka dia pun berhak naik ke semester tiga, dan seterusnya.
Sampai akhirnya dia harus berhadapan dengan sidang skripsi, sebagai syarat akhir mahasiswa tersebut untuk mendapatkan kualitas nilai dan gelar sarjananya. Apakah nilai yang dia terima mampu meraih nilai cumlaude ataukah hanya mendapatkan nilai ”kemelut”? Atau tak menutup kemungkinan dia malah droup out dari kampusnya.
Jika nilai yang dia dapatkan cumlaude, maka dia telah mendapatkan kesuksesan di dunia akademiknya. Namun, jika mahasiswa tersebut malah mendapatkan nilai ”kemelut” alias nilai yang pas-pasan, maka sudah dipastikan mahasiswa tersebut akan bersedih. Apalagi jika dia malah droup out dari kampusnya. Dapat kita bayangkan, mungkin saja dia langsung stres, karena gelar sarjananya tak mampu dia raih.
Begitupun dengan ujian kehidupan. Ujian adalah media atau sarana untuk menilai kualitas keimanan seseorang. Ujian demi ujian yang menimpa diri kita, harus kita lewati dengan kesabaran, agar kita mampu meraih kualitas keimanan yang cumlaude di hadapan Allah SWT.
Rasulullah saw pernah bersabda, “Allah menguji hamba-Nya dengan menimpakan musibah (ujian) sebagaimana seorang menguji kemurnian emas dengan api (pembakaran). Ada yang keluar sebagai emas murni. Itulah yang dilindungi Allah dari keragu-raguan. Ada juga yang kurang (kualitasnya) dari itu, dan itulah yang selalu ragu. Ada yang keluar seperti emas hitam dan itu yang memang ditimpa fitnah (musibah).” (H.R. Thabrani).
Seorang mukmin, tidak akan tergoyahkan imannya meski ujian datang bagai hujan badai yang menerpa batu karang. Sebab, seorang mukmin berkeyakinan bahwa sesudah kesulitan pasti ada kemudahan,


فَإِنَّ مَعَ الْعُسْرِ يُسْرًا (٥)إِنَّ مَعَ الْعُسْرِ يُسْرًا

“Karena sesungguhnya sesudah kesulitan itu ada kemudahan, sesungguhnya sesudah kesulitan itu ada kemudahan.” (Q.S. Alam Nasyrah [94] : 5 – 6)
Kita harus memahami bahwa jalan penyelesaian ujian datang dari Allah SWT. Jalan penyelesaian tidak datang dari keinginan dan kemauan kita sendiri. Allah telah menciptakan masalah untuk kita, dan Allah pula-lah yang memberikan solusinya.
Terkadang, cara penyelesaiannya tidak seperti apa yang kita harapkan. Tugas kita hanyalah berusaha, kemudian pasrahkan setiap masalah kita kepada yang menggenggam jiwa kita, yakni Allah SWT.
Kunci utama dalam penyelesaian ujian adalah bekal ketaqwaan. Dengan Taqwa akan mendatangkan kemudahan demi kemudahan. Dengan ketakwaan, rejeki dan pertolongan Allah pun akan mengalir terus menerus tanpa henti. Ini merupakan janji Allah yang disebutkan dalam firman-Nya,


فَإِذَا بَلَغْنَ أَجَلَهُنَّ فَأَمْسِكُوهُنَّ بِمَعْرُوفٍ أَوْ فَارِقُوهُنَّ بِمَعْرُوفٍ وَأَشْهِدُوا ذَوَيْ عَدْلٍ مِنْكُمْ وَأَقِيمُوا الشَّهَادَةَ لِلَّهِ ذَلِكُمْ يُوعَظُ بِهِ مَنْ كَانَ يُؤْمِنُ بِاللَّهِ وَالْيَوْمِ الآخِرِ وَمَنْ يَتَّقِ اللَّهَ يَجْعَلْ لَهُ مَخْرَجًا (٢)وَيَرْزُقْهُ مِنْ حَيْثُ لا يَحْتَسِبُ وَمَنْ يَتَوَكَّلْ عَلَى اللَّهِ فَهُوَ حَسْبُهُ إِنَّ اللَّهَ بَالِغُ أَمْرِهِ قَدْ جَعَلَ اللَّهُ لِكُلِّ شَيْءٍ قَدْرًا

“Barangsiapa bertakwa kepada Allah niscaya Dia akan mengadakan baginya jalan keluar. Dan memberinya rezeki dari arah yang tiada disangka-sangkanya. Dan barangsiapa yang bertawakkal kepada Allah niscaya Allah akan mencukupkan (keperluan)nya. Sesungguhnya Allah melaksanakan urusan yang (dikehendaki)Nya. Sesungguhnya Allah telah mengadakan ketentuan bagi tiap-tiap sesuatu.” (Q.S. At-Thalaq [65] : 2 – 3).


Bekal iman dan taqwa perlu kita miliki, agar Allah selalu menurunkan pertolongan-Nya setiapkali kita mendapatkan ujian. Karena hanya Allah-lah yang mampu memberikan pertolongan kepada hamba-Nya.

No comments:

Post a Comment